"Aku Menulis Maka Aku Ada"

Puisi Cak Nun

"KAMU DIRACUNI OLEH OKNUM TERTENTU
NAMANYA TAWAR MENAWAR YANG TIDAK SEPADAN
KAMU DIHASUT
HATIMU DIBAKAR OLEH TAMU ASING
YANG DATANG DENGAN TOPI BAJA KEKUASAAN
KAMU DITUNGGANGI OLEH PIHAK KETIGA
YANG BERNAMA TEKANAN DAN DUKA DERITA"
cuplikan dari puisi
"menembus jantungmu sendiri"
1994


Abracadabra, Kita Sembunyi

abracadabra kita tiarap
karena tak ada janji peluru itu
tidak untuk ditembakkan ke jidat kita
abracadabra kita sembunyi
karena kata merdeka masih belum selesai diperdebatkan
abracadabra kita masuk liang-liang gelap
karena tak ada siapa-siapa yang menjamin apa-apa
abracadabra kita cuma bisa mabuk
sehingga kita tidak tahu bahwa kita mabuk
abracadabra kita semakin mabuk
karena setiap ingatan terlalu menusuk

Tuhan, kamu jangan tertawa
nyawa kami tidak hilang, hanya ketlingsut entah dimana
dengarkan tetap kami puja keperkasaan Mu
dalam kekaguman kami kepada diri kami sendiri
yang tetap bisa hidup
tanpa hak bicara dan peluang untuk berbagi
tidakkah kamu terharu menyaksikan kepengecutan kami ?
dan mungkinkah kamu mengutuk rasa takut dalam jiwa kami
sedangkan ketakutan adalah anugerah Mu sendiri ?

abracadabra otak kita bercanggih-canggih mengembara
berebut thema-thema yang tak ada hubungannya dengan apa-apa
abracadabra kita berjoget
karena sisa rakhmat Mu yang bisa dinikmati hanyalah situasi-situasi lupa
abracadabra kita meniup balon-balon kosong
abracadabra kita menggelembungkan tahayul agama
halusinasi politik dan mitos-mitos kesenian
abracadabra kita bercumbu dengan gincu ilmu omong kosong
abracadabra kita jatuh
terserimpung oleh langkah kita sendiri
abracadabra kita berlari ke utara
tiba-tiba dihadang oleh selatan
abracadabra kita terjun ke air, ternyata batu
abracadabra kita mengulum api
kita tersenggak oleh asap-asap yang semakin membumbung ke ubun-ubun kita

abracadabra baru kita tahu apa yang dianggap mengganggu ketenteraman ?
ialah KEBENARAN
abracadabra gerangan apa yang bagi mereka merusak tatanan ?
ialah KEADILAN
abracadabra dan apa kiranya puncak kejahatan ?
namanya KEBEBASAN

EMHA AINUN NADJIB - 1994
DARI KUMPULAN PUISI " DOA MOHON KUTUKAN "
( RISALAH GUSTI – 1995




TEMBOK DAN GELOMBANG

( 1 )

sekuat - kuat gelombang
harus lebih kuat tembok
karena puncak kekuasaan
adalah ideologi gembok

tembok didirikan sekukuh - kukuhnya
agar gelombang terbentur sia - sia

gelombang direndam
menjadi ombak semilir

gelombang itu alam
tembok itu teknologi
kekuasaan timbul tenggelam
sedang jiwamu abadi

( 2 )

berhentilah memenjaraku
sebab jeruji besi dan sel pengurungku
terletak di dalam dadamu sendiri
tanpa bisa kemanapun kau pindahkan

kalau kau usir
kau pikir kemana aku hendak pergi
sedang lubuk jiwamu itulah alam semestaku
aku berumah di keremangan jiwamu
bilikku tersembunyi di balik kesunyian nuranimu

jadi berhentilah mendirikan tembok - tembok
karena toh aku bukan gumpalan benda yang bisa kau kurung
tak usah pula repot membakar dan memusnahkanku
sebab toh hakekatku memang musnah dan tiada

kau sang aku ini gerak atau semacam gerakan
padahal tak kupunyai apapun yang bisa kugerakkan
dan apabila kau jumpai bayangan gerak
pada yang kau sebut aku
hendaklah jelas bagimu bahwa hanya Tuhan
yang sanggup memantulkan diriNya sendiri

aku membesar - besarkanmu dan kau membesar - besarkanku
kita saling merasa terancam oleh enerji yang mendesak - desak
padahal ia hanyalah air nuranimu sendiri yang menggelombang
dan sebagaimana udara yang berhembus
ia berasal dari ruh uluhiyah kita sendiri

kita saling memandang melalui metoda benda
kita saling bersentuhan lewat tahayul peristiwa - peristiwa
padahal di awal dan akhir nanti akan ternyata
yang kita sangka kita bukanlah kita

engkau bisa menangkap benda
tapi geraknya luput dari kuasamu
engkau bisa menghentikan peristiwa
tetapi arusnya lolos dari cengkeramanmu

engkau bisa membendung air
tapi gelombangnya melompatimu ke masa depan
engkau bisa membuntu udara
tapi tenaganya memergokimu
di tempat yang tak kau duga

jadi sudahlah
untuk apa kau bungkam mulutku
sedangkan yang bersuara adalah mulutku
untuk apa engkau stop langkahku

sedangkan yang berjalan adalah sanubarimu sendiri
sedangkan yang bergema adalah pekikan hatimu sendiri
bergaung melintasi segala angkasa
menembus seluruh langit
mengatasi negara - negara dan propinsi - propinsi
melompati kepulauan, samudera dan benua - benua

maka untuk apa engkau bungkam suaraku
karena toh kesunyian lebih berteriak dibandingkan mulutku
untuk apa kau habiskan tenaga
untuk membangun pagar dan rambu - rambu
sedang setiap menjelang tidur
selalu engkau diseret kembali oleh gelombang itu

EMHA AINUN NADJIB - 1994
DARI KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN"
( RISALAH GUSTI - 1995 )



DOA MOHON KUTUKAN
dengan sangat kumohon kutukanMu, ya Tuhan
jika itu merupakan salah satu syarat agar pemimpin-pemimpinku
mulai berpikir untuk mencari kemuliaan hidup,
mencari derajat tinggi dihadapanMu
sambil merasa cukup atas kekuasaan dan kekayaan yang telah ditumpuknya

dengan sangat kumohon kutukanMu, ya Tuhan
untuk membersihkan kecurangan dari kiri kananku,
untuk menghalau dengki dari bumi
untuk menyuling hati manusia dari cemburu yang bodoh dan rasa iri

dengan sangat kumohon kutukanMu, ya Tuhan
demi membayar rasa malu atas kegagalan menghentikan
tumbangnya pohon-pohon nilaiMu di perkebunan dunia
serta atas ketidaksanggupan dan kepengecutan dalam upaya
menanam pohon-pohonMu yang baru

ambillah hidupku sekarang juga,
jika itu memang diperlukan untuk mengongkosi tumbuhnya ketulusan hati,
kejernihan jiwa dan keadilan pikiran hamba-hambaMu di dunia

hardiklah aku di muka bumi, perhinakan aku di atas tanah panas ini,
jadikan duka deritaku ini makanan
bagi kegembiraan seluruh sahabat-sahabatku dalam kehidupan,
asalkan sesudah kenyang, mereka menjadi lebih dekat denganMu

jika untuk mensirnakan segumpal rasa dengki di hati satu orang hambaMu
diperlukan tumbal sebatang jari-jari tanganku, maka potonglah
potonglah sepuluh batangku, kemudian tumbuhkan sepuluh berikutnya
seratus berikutnya dan seribu berikutnya,
sehingga lubuk jiwa beribu-ribu hambaMu
menjadi terang benderang karena keikhasan

jika untuk menyembuhkan pikiran hambaMu dari kesombongan
dibutuhkan kekalahan pada hambaMu yang lain,
maka kalahkanlah aku, asalkan sesudah kemenangan itu
ia menundukkan wajahnya dihadapanMu

jika untuk mengusir muatan kedunguan dibalik kepandaian hambaMu
diperlukan kehancuran pada hambaMu yang lain,
maka hancurkan dan permalukan aku,
asalkan kemudian Engkau tanamkan kesadaran fakir dihatinya

jika syarat untuk mendapatkan kebahagiaan
bagi manusia adalah kesengsaraan manusia lainnya,
maka sengsarakanlah aku
jika jalan mizanMu di langit dan bumi memerlukan kekalahan dan kerendahanku,
maka unggulkan mereka, tinggikan derajat mereka di atasku
jika syarat untuk memperoleh pencahayaan dariMu
adalah penyadaran akan kegelapan, maka gelapkan aku,
demi pesta cahaya di ubun-ubun para hambaMu

demi Engkau wahai Tuhan yang aku ada kecuali karena kemauanMu,
aku berikrar dengan sungguh-sungguh
bahwa bukan kejayaan dan kemenangan yang aku dambakan,
bukan keunggulan dan kehebatan yang kulaparkan,
serta bukan kebahagiaan dan kekayaan yang kuhauskan

demi Engkau wahai Tuhan tambatan hatiku,
aku tidak menempuh dunia, aku tidak memburu akhirat,
hidupku hanyalah memandangMu
sampai kembali hakikat tiadaku

EMHA AINUN NADJIB
DARI KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN" - 1994